STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Proses
pengambilan keputusan dalam organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari
beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan
terjadinya selisih pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat
diartikan cara organisasi dalam pengambilan keputusan. Dalam proses
pengambilan keputusan ada beberapa metode yang sering di gunakan oleh para
pemimpin, yaitu :
1. Kewenangan
Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion)
Metode
pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin
otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa
keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup
sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan
dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk
mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun
demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia
akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para
anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena
mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila
dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada
keputusan yang diambil secara individual.
2. Pendapat
Ahli (expert opinion)
Kadang-kadang
seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli
(expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk
membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik,
apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang
benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota
lainnya.
Dalam
banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang
sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang
yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli
adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun
sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut.
Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah
persoalan yang rumit.
3. Kewenangan
Setelah Diskusi (authority rule after discussion)
Sifat
otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini
pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam
proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui
metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya
disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan
keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu
meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan
dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan,
kelompok masih berpengaruh.
Metode
pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan.
Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam
proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa
pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
4. Kesepakatan(consensus)
Kesepakatan
atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung
keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan,
yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan
kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota
dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting
khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun
demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini,
tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah
dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode
ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat
metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang
terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode
lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang
paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada
faktor-faktor:
· Jumlah waktu yang ada dan dapat
dimanfaatkan, tingkat pentingnya keputusan yang akan
diambil oleh kelompok, dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Dari metode di atas
tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, yaitu :
a.
Kekuatan Mental
Kekuatan
mental itu sama seperti prinsip, jadi dalam organisasi harus punya prinsip.
b.
Sanksi
Sanksi
sangat perlu dalam organisasi, agar tidak melakukan kesalahan yang sama baik
itu pemimpin maupun anggotanya.
c.
Keahlian
Pemimpin
harus punya kekuatan mental dalam organisasi, jika tidak sama saja seperti
pemimpin yang tidak mempuanyi gelar.
d.
Kharisma
Semua
pemimpin harus punya kharisma agar terus menjadi panutan bagi semua orang. Maka
dari itu kharisma merupakan citra baik yang di miliki seseorang agar menjadi
panutan semua orang.
I.
Jenis-jenis Pengambilan keputusan.
1. Berdasarkan
program atau regularitas :
A. Pengambilan keputusan terprogram atau
terstruktur, yaitu pengambilan keputusan yang sifatnya rutinitas,
berulang-ulang, dan cara menanganinya telah ditentukan. Pengambilan keputusan
terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan masalah yg terstruktur melalui :
-
Prosedur : yaitu serangkaian langkah
yang berhubungan dan berurutan yang harus di-ikuti oleh pengambil keputusan.
-
Aturan : yaitu ketentuan yang mengatur
apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilaku-kan oleh pengambil keputusan.
-
Kebijakan : yaitu pedoman yang
menentukan parameter untuk membuat keputusan.
B. Pengambilan Keputusan Tidak Terprogram (Tidak
Terstruktur), adalah pengambilan keputusan yang tidak rutin dan sifatnya unik
sehingga me-merlukan pemecahan khusus.
2. Berdasarkan
Tingkat Kepentingannya :
Pada umumnya suatu organisasi memiliki
hie-rarki manajemen. Secara klasik, hierarki ini terbagi 3 (tiga)
tingkatan, yaitu :
A. Manajemen
Puncak yang berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat strategis (strategic
planning). Pada manajemen puncak keputusan yg diambil adalah keputusan
strategis.
B. Manajemen
Menengah, yaitu menangani permasalahan kontrol/pengawasan yang sifat
pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi. Pada manajemen menengah
ini keputusan yang diambil adalah keputusan administrasi/taktis.
Keputusan ini adalah keputusan yg berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya.
C. Manajemen
operasional, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional (kegiatan operasi
harian). Keputusan yang diambil pada manajemen operasional disebut
keputusan operasional.
3. Berdasarkan
Tipe Persoalan :
A. Keputusan internal jangka pendek, yaitu
keputusan yang berkaitan dengan kegiatan rutin/operasional seperti : pembelian
bahan baku, penentuan jadwal produksi.
B. Keputusan internal jangka panjang, yaitu
keputusan yang berkaitan dengan perma-salahan organisasional seperti :
perombak-an struktur organisasi, perubahan departemen. Keputusan Eksternal
Jangka Pendek, yaitu kepu-tusan yang berkaitan dengan semua persoalan yg
berdampak dgn lingkungan dalam rentang waktu yang relatif pendek, seperti :
mencari subkontrak untuk suatu permintaan khusus.
C.
Keputusan Eksternal Jangka Panjang,
yaitu kepu-tusan yg berkaitan dengan semua persoalan dgn lingkungan dalam
rentang waktu yg relatif pan-jang, seperti : merger dengan perusahaan lain dan
ini bersifat strategis.
4. Berdasarkan
lingkungannya :
A. Pengambilan
keputusan dalam kondisi pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana berlangsung
hal-hal :
-
Alternatif yg harus dipilih hanya
memiliki satu konsekuensi / jawaban / hasil. Ini berarti hasil dari
setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan dengan pasti.
-
Keputusan yg diambil didukung oleh
informasi/data yg lengkap, shg dapat diramalkan secara akurat hasil dari setiap
tindakan yg dilakukan.
-
Dalam kondisi ini, pengambil keputusan
secara pasti mengetahui apa yg akan terjadi di masa yg akan datang.
-
Biasanya selalu dihubungkan dengan
keputusan yang menyangkut masalah rutin, karena kejadian tertentu di masa yg
akan datang dijamin terjadi.
-
Pengambilan keputusan seperti ini dapat
ditemui dalam kasus/model yg beresifat deterministik.
B. Pengambilan
Keputusan dalam kondisi resiko, adalah pengambilan keputusan dimana berlangsung
hal-hal :
-
Alternatif yg dipilih mengandung lebih
dari satu kemungkinan hasil.
-
Pengambilan keputusan memiliki lebih
dari satu alternatif tindakan.
-
Diasumsikan bahwa pengambilan keputusan
mengetahui peluang yg akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil.
-
Resiko terjadi karena hasil pengumpulan
keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti, walaupun diketahui nilai probabilitasnya.
-
Pada kondisi ini ada informasi atau data
yang akan mendukung dlm membuat keputusan, berupa besar atau nilai peluang
terjadinya bermacam-macam keadaan.
-
Teknik pemecahannya menggunakan konsep
probabilitas, seperti model keputusan probabilistik, model inventori
probabilistik, model antrian probabilistik.
C. Pengambilan
Keputusan dalam kondisi tidak pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana :
-
Tidak diketahu sama sekali hal jumlah
kondisi yang mungkin timbul serta kemungkinan-kemungkinan munculnya
kondisi-kondisi tsb.
-
Pengambilan keputusan tdk dapat
menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau hasil yg keluar.
-
Pengambil keputusan tidak mempunyai
pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang terjadinya bermacam-macam
keadaan tsb.
-
Hal yg akan diputuskan biasanya relatif
belum pernah terjadi. Tingkat ketidakpastian keputusan semacam ini dapat
dikurangi dengan cara :
·
Mencari informasi lebih banyak.
·
Melalui riset atau penelitian.
·
Penggunaan probabilitas subjektif
-
Teknik pemecahannya adalah menggunakan
beberapa metode/kreteria, yaitu metode maximin, metode maximax, metode Laplace,
metode minimax regret, metode relaisme dan dibantu dengan tabel hasil (pay off
tabel).
D. Pengambilan
Keputusan dalam kondisi Konflik adalah pengambilan keputusan dimana :
-
Kepentingan dua atau lebih pengambil
keputusan saling bertentangan dalam situasi persaingan.
-
Pengambil keputusan saling bersaing
dengan pengambil keputusan lainnya yg rasional, tanggap dan bertujuan utk
memenangkan persaingan tsb.
-
Pengambil keputusan bertindak sbg pemain
dalam suatu permainan.
-
Teknik pemecahannya adalah menggunakan
teori permainan.
II.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan.
Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
a. hal-hal
yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b. setiap
keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
organisasi.
c. setiap
keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan
kepentingan orang lain.
d. jarang
sekali ada 1 pilihan yang memuaskan.
e. pengambilan
keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus
diubah menjadi tindakan fisik.
f. pengambilan
keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
g. diperlukan
pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik.
h. setiap
keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang
diambil itu betul.
i.
setiap keputusan itu merupakan tindakan
permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang
juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
·
Fisik.
Didasarkan pada rasa yang dialami pada
tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari
tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah
laku yang memberikan kesenangan.
·
Emosional.
Didasarkan pada perasaan atau sikap.
Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
·
Rasional.
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang
mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
·
Praktikal.
Didasarkan pada keterampilan individual
dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan
dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
·
Interpersonal.
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial
yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan
individual.
·
Struktural.
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi
dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik
suatu tingkah laku tertentu.
Study kasus
Kasus Kekecewaan Pelenggan Perusahaan Apple
Terhadap Penurunan Harga Iphone
Pada tanggal 5 Septembe 2007, Steve Jobs, CEO
Perusahaan Apple melakukan praktek diskriminasi harga sebagai strategi
pemasarannya yaitu menurunkan harga product iPhone mereka yang sangat sukses
sejumlah $200 dari harga semula sebesar $599 yang merupakan harga perkenalan
yang sudah sejak dua bulan. Tak perlu
dibicarakan, dia menerima email yang sangat
banyak dari para pelanggan yang kecewa dan marah. Dua hari kemudian,
Steve Jobs menawarkan $100 kredit yang dapat di gunakan di toko Apple dan
online store kepada para pelanggan yang sudah membayar harga penuh. Apakah
keputusan untuk mengurangi $200 dan sikap untuk melakukannya tepat dari sudut
pandang etika?
Seandainya pihak management Apple melakukan sniff test
sebelum mengambil keputusan mungkin mereka memiliki kesimpulan
bahwa ibu mreka tidak akan bangga atau nyaman dengan keputusan tersebut. Sama
halnya, mungkin mereka akan sadar bahwa pengurangan harga juga bertentangan
dengan kode etik pelayanan pelanggan Apple.
Jika Apple hanya melihat dari sisi pemegang
saham dalam mengambil keputusan tersebut, mereka akan sadar selain pelanggan
awal yang terkena imbas, perusahaan Apple sendiri ternoda dan itu bisa juga
berimbas terhadap pelanggan lain yang mereka coba untuk dekati. Sebagai
tambahan, para pekerja Apple yang mana banyak diantara
mereka sudah tergoda oleh reputasi Apple yang
kuat yang selalu menyediakan solusi yang inovatif dengan standar tinggi akan
dipertanyakan oleh company mothers, yang mana akan melemahkan komitmen dan
kesetiaan mereka.
Seandainya pihak perusahan Apple sudah
menerapkan philosophi etika traditional mereka akan mengetahui hal hal berikut.
1. Konsekuensialisme
Dari sisi pandang keuntungan, Apple
mengharapkan lebih dari sekedar pengimbangan dari $200 pengurangan harga per
unit in margin dan mendapatkan jumlah penjualan yang besar. Jika hanya
untukk iPhone saja mungkin cara ini sudah tepat, tapi Apple juga memiliki
banyak produk lain yang juga akan dibeli oleh pelanggan mereka yang juga bisa
terkenda dampak negatifnya. Dan juga melihat keputusan tersebut sebagai
kesempatan untuk pengurangan harga dari harga awal yang tinggi. Sikap GOUGING sudah bisa di tebak yang
mana akan merusak nilai proposisi apple secara keseluruhan dan juga penjualan
produk selain iPhone akan
terpengaruh sebagai dampak dari keputusan
tersebut. Secara umum, pihak management mungkin yakin dengan keputusan
penggabungan untuk penjualan iPhone dan produk lainnya.
2.
Tugas, Hak dan Justice Para excecutive Apple mempunyai
tugas untuk mendapatkan keuntungan selama hal tersebut tidak melanggar hukum.
Dalam kasus ini, para pembeli awal iPhone memiliki hak secara legal untuk
menuntut perusahaan dengan alasan perlakuan yang tidak adil. Namun, aksi
individual akan lebih sedikit dari pada class action. Dampak dari ketidakadilan
pengurangan harga dapat berupa tekanan buruk yang signifikan.
3. Kualitas
Bagus yang Diharapkan
Dalam pikiran pelanggan dan pekerja pada
perusahaan Apple, Jobs mempunyai image secara teknis sebagai jenius yang
berpandangan jauh ke depan yang terarah untuk menyediakan nilai yang hebat bagi
stakeholder. Penurunan harga $200 tidak sesuai dengan harapan mereka pada Jobs
dan Apple.
Apple seharusnya juga menggunakan pertanyaan “Tucker Framework” yang dikembangkan dan
dimodifikasi untuk menguji penurunan harga $200. Jika begitu adanya, jawabannya
adalah sebagai berikut:
1.
Apakah
hal ini menguntungkan? Hasilnya tidak jelas apakah menguntungkan atau tidak.
2.
Apakah
hal ini legal? Mungkin, kecuali perlindungan konsumen tidak disinggung.
3.
Apakah
hal ini adil? Tidak menurut beberapa pelanggan dan pekerja.
4.
Apakah
hal ini benar? Tidak menurut beberapa eksekutif, pekerja, dan pelanggan
potensial.
5.
Apakah
hal ini mendemonstrasikan kualitas bagus yang diharapkan? Tidak seperti yang
didiskusikan sebelumnya.
6.
Pertanyaan opsional: Apakah
ini berkelanjutan? Isu dampak terhadap lingkungan tidak dilibatkan dalam
keputusan ini, tapi akan berdampak
7.
negative
dan signifikan jangka menengah dan jangka yang lebih panjang. Sangat tidak
bijak untuk mengulang keputusan atau mengabaikan dampak negatif di masa depan
yang berpengaruh terhadap reputasi.
Sewajarnya, Apple harus mempertimbangkan
praktek diskriminasi harga sebagai strategi pemasaran sebagai ketidakadilan dan
ketidakbijakan tanpa adanya mitigasi bagi pembeli awal iPhone. Apakah pemberian
kredit $100 memadai? Dalam peristiwa apapun, Jobs dapat menghindari tekanan
negatif dan kerusakan pada reputasinya dan
Apple, jika Apple telah menggunaka EDM untuk
menganalisa keputusan sebelum bertindak.
Hal ini harus menjadi catatan bahwa meskipun
potongan harga yang disebutkan pada kasus ini tidak jarang dan dianggap tidak
umum sebagai masalah etika serius, mereka mempunyai aspek etis yang bisa
dinilai menggunakan pendekatan EDM. Mereka merepresentasikan risiko yang dapat
melemahkan reputasi eksekutif dan perusahaan yang terlibat.
REVIEW/
tinjauan :
Dalam pengambilan keputusan, eksekutif maupun
CEO suatu perusahaan perlu mempertimbangkan pendekatan etis pengambilan
keputusan yaitu:
Consequences, Utility
Duty, Rights, Justice
Virtue Expectations
Jika dijabarkan ketiganya, dapat dikatakan
pertimbangan-pertimbangan dari ketiga pendekatan antara lain:
1.
Well-offness/ Consequentialism :
Keputusan yang kan dibuat harus menghasilkan keuntungan
lebih dari biaya yang dikeluarkan. Dalam kasus Apple, tidak jelas apakah
keputusan pengurangan harga menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan atau sebaliknya.
2.
Rights, Duty/ Deontology
Keputusan yang akan dibuat seharusnya tidak menyinggung
hak daripada stakeholder termasuk pembuat keputusan. Menurut perusahaan,
perusahaan telah membuat keputusan yang benar. Akan tetapi ada pihak-pihak yang
merasa mereka tidak diperlakukan dengan adil dan bijak atas keputusan yang
dibuat perusahaan yakni pelanggan awal yang membeli produk perusahaan tersebut
dengan harga tinggi.
3.
Fairness/ Justice
Pembagian keuntungan dan beban harus adil.
Menurut beberapa pelanggan dan pekerja, ada ketidakadilan dalam keputusan yang
diambil oleh perusahaan.
4. Virtue
Expectations/ Virtue Ethics
Motivasi keputusan harus merefleksikan kualitas
bagus yang diharapkan stakeholder. Bayak pelanggan merasa kecewa dengan
keputusan ini. Artinya, keputusan yang diambil sama sekali tidak merefleksikan
kualitas bagus yang diharapkan.
Empat pertimbangan di atas harus memuaskan
orang yang terkena dampak keputusan tersebut agar keputusan dapat
dipertimbangkan sebagai keputusan yang etis.
Namun, jika dilihat dari kasus perusahaan Apple
yang dikaitkan dengan pertimbangan di atas, lebih banyak dampak negatif yang
dirasakan dari keputusan tersebut. Artinya, keputusan yang diambil oleh
perusahaan Apple belum cukup etis.
Jika
dilihat dari pendekatan tradisional dengan 5 pertanyaan, yakni:
- Apakah hal ini menguntungkan? Hasilnya tidak jelas apakah menguntungkan atau tidak seperti yang didiskusikan sebelumnya.
- Apakah hal ini legal? Mungkin, kecuali perlindungan konsumen tidak disinggung.
- Apakah hal ini adil? Tidak menurut beberapa pelanggan dan pekerja.
- Apakah hal ini benar? Tidak menurut beberapa eksekutif, pekerja, dan pelanggan potensial.
- Apakah hal ini mendemonstrasikan kualitas bagus yang diharapkan? Tidak seperti yang didiskusikan sebelumnya
- Pertanyaan opsional: Apakah ini berkelanjutan? Isu dampak terhadap lingkungan tidak dilibatkan dalam keputusan ini, tapi akan berdampak negative dan signifikan jangka menengah dan jangka yang lebih panjang.
- Sangat tidak bijak untuk mengulang keputusan atau mengabaikan dampak negatif di masa depan yang berpengaruh terhadap reputasi.
Menurut teori, jika terdapat lebih dari satu
respon negative ketika lima
pertanyaan tersebut diajukan, pe,buat keputusan seharusnya merevisi kembali
keputusan yang akan diambil untuk menghapus dampak-dampak negative yang akan
timbul. Jika revisi keputusan berhasil dan mengarah kea rah positif, maka
keputusan yang diambil pun menjadi keputusan yang etis,
Jika dilihat dari kasus perusahaan Apple,
terdapat lebih dari satu respon negative atas pertanyaan yang diajukan. Dapat
disimpulkan bahwa keputusan yang diambil oleh Apple bukanlah suatu keputusan
yang etis.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar